Bagi orang-orang pada umumnya,
cinta merupakan sebuah rasa yang indah, yang selalu membuat bahagia dan
melayang. Namun, cinta tidak selalu bahagia dan seindah seperti yang di
tayangkan di televisi. Kenyataannya, cinta juga menimbulkan dampak luka dan
tersakiti. Sehingga timbul dalam benak beberapa orang untuk menghindari cinta,
inilah yang dikenal dengan phillopobia.
Mungkin, bagi anda yang baru mendengarnya terasa
asing. Phillopobia ialah suatu kondisi dimana seseorang yang secara tidak masuk
akal memiliki rasa takut untuk jatuh cinta. Biasanya, mereka yang mengalami hal
ini cenderung menghindari hal-hal yang mengarah kepada keterikatan kepada lawan
jenisnya, serta menampik jika ia memiliki perasaan khusus kepada seseorang.
Mereka yang
mengalami phillopobia akan merasa gelisah, mual, panik, mengeluarkan keringat
serta sesak nafas jika mengalami jatuh cinta dan mulai menata sebuah hubungan.
Tentu hal ini berdampak tidak baik bagi pergaulan sosial mereka, karena akan
menjauhkan mereka dari lingkungannya dan sebuah hubungan, Sementara di dunia
ini semua orang mengharapkan terjadinya sebuah hubungan demi berlangsungnya
kehidupan.
Phillopobia disebabkan oleh trauma di masa lalu.
Mempunyai sebuah kegagalan hubungan di masa lalu tentu akan menimbulkan bekas
dalam hati, takut untuk membina hubungan yang baru serta kecemasan untuk
terulang lagi hal yang sama. Terutama apabila sudah menjaga hubungan tersebut
dengan sebaik-baiknya, dengan hati yang di jaga sepenuhnya, serta mencakup
emosional dan melibatkan perasaan. Tetapi ternyata kenyataannya malah pahit,
tentu akan meninggalkan jejak yang sukar untuk di hilangkan.
Setiap
manusia tentu mengalami suatu kejadian yang tidak mengenakan, bisa jadi kondisi
itu membuat mereka trauma dan takut untuk menjalani kehidupan ke depannya,
tetapi yang perlu di perhatikan, masa depan merupakan sebuah harapan yang baru,
dimana seseorang dapat mengubah apa yang terjadi di masa lalu. Jika masa lalu
kurang baik, maka perbaiki masa sekarang agar di masa depan tercipta kehidupan
yang lebih baik.
Penderita traumatis seperti phillopobia perlu
mendapatkan penanganan oleh tim yang ahli dalam bidang psikologi. Karena
keadaan yang demikian akan bisa jadi mengakibatkannya menjadi orang yang
anti-sosial. Bagi remaja, tentu ini akan sangat mengganggu. Karena mereka akan
terhambat berkembang, tidak bisa bergaul dan sukar jika berteman dengan orang
lain terutama lawan jenis.
Untuk
mengatasi phillopobia, penderitanya harus melakukan konseling, hipnoterapi, dan
psikoterapi dengan meminta bantuan mereka yang sudah profesional dalam
bidangnya. Jika di sekeliling anda ada yang mengalami traumatis semacam ini,
sarankan agar ia segera melakukan penyembuhan, dan berikanlah semangat untuk
mengobati traumatisnya. Dukungan dari orang terdekat akan memberikannya
kekuatan. Jadi, jangan malah di bully atau di jauhi.
Demikianlah
ulasan tentang mengatasi phillopobia
pada remaja. Semoga informasi ini bermanfaat yaa.
No comments:
Post a Comment