Sebagai orang tua tentu anda
ingin mengetahui perkembangan anak-anak anda bukan? Bagaimana jika ternyata
anak anda mengalami gangguan disleksia? Anda tak perlu cemas, penderita
gangguan disleksia bukan berarti tidak dapat diatasi. Anda harus tahu cara
penanganannya yang tepat. Umumnya mereka mengalami kesulitan belajar mengeja,
membaca, menulis dan menghitung. Sehingga ada cara tersendiri untuk menerapkan
pola belajar pada anak disleksia. Ada cara asyik yang bisa di terapkan untuk
anak penderita disleksia, para guru bisa menerapkan pola belajar tersebut.
Membaca memang salah satu kesulitan yang di alami penderita gangguan disleksia.
Mereka cenderung membolak-balik huruf, mereka juga susah membedakan mana arah
kanan dan kiri. Untuk mengeja, mereka susah membedakan huruf-huruf yang hampir
mirip, seperti p, q, b, d. Atau mengeja kata “ibu” menjadi “ubi”. Kadang pula,
mereka salah menyebutkan jenis angka, misalnya “14” menjadi “41”. Dalam
pelajaran membaca, diperlukan keterlibatan dari visual-auditori yang bekerja
secara bersama-sama, sejenis kemampuan menggunakan simbol, huruf atau kata.
Namun, untuk anak usia dini yang mengalami gangguan
disleksia akan sulit belajar mengucapkan waktu, arah, serta musim. Nah, untuk
penangananya perlu diadakan perhatian khusus. Misalnya dalam satu kelas tidak
perlu di isi oleh banyak murid, cukup 10 orang murid saja dan diatasi oleh dua
guru. Tentunya cara serta pola pelajaran yang diberikan terhadap anak disleksia
pun juga berbeda, kemampuan mereka tidak sama, jelas hal ini memicu
ketidaksamaan pula dalam penerapan sistem belajarnya. Pendidik atau orang tua
harus memiliki cara pengajaran yang inovatif, kreatif dan tidak hanya
mengandalkan satu cara saja, misalnya apabila cara pertama di rasa kurang
efektif, dapat menerapkan alternatif cara kedua, ketiga dan seterusnya. Karena
masing-masing anak memiliki daya tangkap yang berbeda. “Wakil Ketua Asosiasi
Disleksia Indonesia, Vitriani Sumiatris menuturkan, jika cara A tidak bisa, maka harus menggunakan cara B, namun targetnya
tetap sama”. Ia juga mengatakan, jika terdapat 3 model strategi pengajaran
yang dapat dilakukan, yaitu Metode Multisensori, Metode Fonik (bunyi), serta
metode Linguistik. Metode Multisensori menggunakan kemampuan visual atau penglihatan,
kemampuan pendengaran, kesadaran gerak dan perabaan.Untuk metode fonik
mengandalkan kemampuan auditori dan visual pada anak gangguan disleksia, dengan
cara memberikan nama pada setiap huruf sesuai dengan bunyinya. Sebagai contoh,
huruf B di bunyikan eb, dan C dengan bunyi ec. Hal ini dikarenakan penderita
gangguan disleksia akan berfikir bila kata becak, maka akan tersusun dari
komponen huruf b-c-a-k, sehingga kurang huruf c.
Untuk metode linguistik, merupakan metode belajar
dengan mengenalkan kata secara keseluruhan atau utuh. Trik yang satu ini
mengandalkan pada kata-kata yang hampir sama.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment